Minggu, 06 Januari 2008

BUAH KERJA KERAS

Sepak bola era modern butuh pemain yang stamina tinggi. Tanpa bekal itu mustahil seorang pemain bisa tampil optimal. Kaka tak jauh beda. Dia dikenal memiliki kondisi fisik istimewa yang sukar dicari tandingannya.

Sejak dari Sao Paulo hingga Ac Milan, dia jarang sekali dibekap cedera parah. Seandainya kena cedera pasti tidak termasuk dalam kategori yang membahayakan alias cedera ringan.

Sejak bergabung DI Sao Paulo, dia sedah ditempa dengan program kebugaran yang terpadu. Program ini disesuaikan dengan kemampuan dan umurnya. Tim medis Sao Paulo getol merawatnya, meski pada awalnya Kaka tak memiliki struktur anatomi tubuh yang laik untuk menjadi pebola hebat.

Ketika itu, dibandingkan pemain-pemain lain yang seumura dengannya, suami Caroline Celico itu terkesan kurus. Kurang bertenaga. Bahkan, muncul omongan bahwa dia lebih layak menjadi seorang kutu buku dari pada pemain bola.

Bukan rasa minder yang dimiliki kaka. Justru kekurangan itu yang membuatnya bersemangat. Tiap hari dia giat berlatih untuk meningkatkan staminanya. Program-program latihan dan kebugaran yang diberikan klub, benar-benar dijalaninya tanpa kenal lelah.

Luar biasa hasilnya, fisik kaka berkembang pesat. Saat itu tingginya mencapai 180 cm. bobotnya juga naik 10 kilogram. Ini terus berkembang kala dia bermain di tim utama Sao Paulo pada 2001. Kaka yang dulu dikenal lemah tidak lagi diragukan fisiknya.

Bergabung dengan Milan, kondisinya terus terjaga. Tim medis Milan juga selalu memantau perkembangan staminanya. Apalagi, sejak 2002 Milan telah mengoperasikan sebuah laboratorium khus untuk menjaga kebugaran pemain. Namanya Milan Lab. Dengan adanya perangkat canggih di Milan Lab. Kondisi Kaka sangat terkontrol.

Alhasil, publik bisa menikmati permainan Kaka yang sekarang ini. Meliuk-liuk dengan kecepatan tinggi sebelum menceploskan bola ke gawang lawan. Sebuah hal tidak mungkin terjadi tanpa kerja keras dari Kaka semenjak belia.

Tidak ada komentar: